07 June 2010

Knowledge management di era teknologi informasi

Menurut data Fortune 500 dan ahli manajemen Peter Senge bahwa kebanyakan di dunia, perusahaan utama kebanyakan berumur sekitar 40-50 tahun. Namun dari studi Ellen de Roiij dari Stratix Group, ada perusahaan yang sudah berumur panjang. Contohnya adalah pada perusahaan konglomerasi dari Jepang yaitu perusahaan Sumitomo yang pada saat ini sudah berusia sekitar 400 tahun. Ada juga perusahaan yang sudah berdiri selama sekitar 800 tahun yaitu Stora, perusahaan raksasa yang berasal dari Negara Swedia, Du Pont perusahaan kimia dari Amerika Serika telah berusia sekitar 195 tahun, serta Pilkington yaitu perusahaan kaca di Inggris yang telah memasuki usia 171 tahun.

Ternyata dari hasil penyelidikan, didapatkan bahwa perusahaan yang dapat berumur panjang tersebut dan dapat menjadi perusahaan utama dikarenakan menerapkan knowledge management pada perusahaannya, ini dikarenakan perusahaannya sangat menghargai suatu pengetahuan yang dimiliki oleh setiap personel diperusahaan. Bahkan pengetahuan ditempatkan ditempat yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumber daya alam, modal atau bahkan tenaga kerjanya sendiri.

Jadi dengan menjadikannya pengetahuan setiap personelnya akan dijadikan sebagai asset hidup bagi perusahaan ketika menjalani suatu perubahan disetiap tahunnya dikarenakan mengikuti perkembangan jaman yang ada. Pengetahuan pada di era teknologi informasi sekarang sangatlah berkembang dengan cepat terutama pada dunia maya dan kemungkinan bisa membawa kedalam dunia dengan sebuah revolusi pengetahuan. Ini terlihat dengan banyaknya orang yang mempunyai blog, dimana setiap blog mempunyai pengetahuan yang berbeda-beda.

Ada juga situs social networking seperti facebook atau Friendster seperti yang dibahas sebelumnya pada penggunaannya sebagai media kampanye. Youtube sebagai media sharing video global, yang dapat di akses oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Selain itu terbentuk juga suatu media e-learning yaitu pembelajaran secara on-line, jadi bisa mengambil materi pembelajaran melalu internet dan dapat dipelajari sendiri dirumah dan dapat ditanyakan melalui online juga atau dengan menemui pengajar untuk mendapatkan suatu penjelasan yang lebih lengkap lagi.

Document management system yaitu seperangkat computer yang digunakan untuk mencari dan menyimpan electronic document dan/atau gambar dari dokumen kertas biasa, enterprise content management yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan, menyimpan dan menyampaikan suatu konten dan dokumen yang berkaitan dengan organisasi beserta dengan prosesnya, data warehouse yaitu sebuah reprositori dari pengelompokan suatu data yang disimpan secara elektronik dan biasanya dibuat untuk memudahkan pelaporan dan melakukan suatu analisa, dan business intelligence yaitu menganalisa suatu data bisnis seperti pendapatan suatu penjualan dengan suatu produk atau departemen atau terkait dengan biaya dan pendapatan.

Dan dengan cepatnya suatu perkembangan yang ada pada saat ini dapat membuat luapan suatu informasi yang ada dan membuat suatu informasi yang tidak dibutuhkan juga akan muncul atau dapat disebut juga sebagai information overload, ini terjadi secara disadari dan tidak disadari dan tidak bisa untuk menolaknya terus berjalan seperti ini. Dan pada situasi yang seperti ini sangatlah tidak sederhana dan menurut Thomas A Stewart dalam Intellectual Capital & Wealth of Knowledge mengatakan bahwa suatu perusahaan akan membuang milyaran dollar ketika perusahaan tersebut gagal dalam mengelola dan mendeskripsikan suatu pengetahuan. Adanya dengan menerapkan pengetahuan sebagai suatu living asset yang dapat menguntungkan malah akan membuat perusahaan menjadi buntung.

Sehingga dengan adanya permasalahan seperti itu akan dapat menimbulkan suatu pertanyaan tentang bagaimana mengelola suatu pengetahuan atau knowledge management system (KMS) di era teknologi informasi sekarang ini. Pertama-tama agar dapat menciptakan suatu KMS yang efektif dan berjalan dengan baik harus memasukkan teknologi yang ada sebagai platform dalam mendukung suatu proses knowledge management. Sehingga dengan sendirinya akan tercipta suatu cara yang sistematik dalam mengumpulkan, menyebarkan dan membagi pengetahuan.

Dengan adanya teknologi juga yang membuat suatu informasi perusahaan jadi teratur dan beguna agar tidak terjadinya suatu kesalahan yang serupa, menghindari suatu proses penemuan, mempersingkat siklus belajar sekaligus memandu suatu penciptaan keputusan berdasarkan pengetahuan yang mendalam. Secara konkret, teknologi dalam KMS bisa berbentuk suatu mesin pencari, workflow, enterprise content management, document management system, data warehouse, data mining, data mart, artificial intelligent, expert system, portal, web 2.0, dan lain-lain.

Cara yang kedua adalah dengan melakukan taksonomi atau mendeskripsikan serta mengkelompokkan suatu pengetahuan yang dibutuhkan. Ini dikarenakan juga adanya revolusi pengetahuan via Internet yang ada pada saat ini dan akan membutuhkan suatu solusi agar pengetahuan akan mudah dicari karena telah diciptakan dan terstruktur secara rapi. Dengan adanya taksonomi akan terbangun suatu kosakata standar yang umum digunakan oleh semua orang, dan dilakukan dengan mengelompokkan suatu yang mempunyai kemiripan dan melakukan suatu peta pengetahuan dan menciptakan suatu kamus istilah dan seterusnya. Taksonomi merupakan suatu proses yang menegaskan bahwa KMS dapat berhasil tidak selalu bergantung dengan menggunakan suatu teknologi yang canggih. Tapi juga pada posisi taksonomi adalah juga sebagai jembatan manusia dengan proses, manusia dengan teknologi dan proses dengan teknologi.

Ketiga adalah dengan menumbuh kembangkan suatu kepedulain karyawan terhadap KMS. Karena berdasarkan survey yang ada, pekerja di Indonesia kurang mempunyai budaya untuk saling berbagi pengetahuan. Bahkan sebagian juga menyatakan bahwa knowledge management yang telah dibuat malah jarang untuk digunakan. Untuk dapat memberikan semangat agar lebig sering menerapkan sharing knowledge harus diakali dengan memberikan suatu penghargaan tertentu. Bagi karyawan yang telah memberikan kontribusi yang tinggi dalam mengembangkan suatu pengetahuan pada perusahaan akan diberikan suatu apresiasi internal. Jika cara ini masih juga kurang efektif, budaya berbagi ini bisa dimasukkan sebagai bagian penilaian kinerja kerja karyawan.